Rss Feed
  1. Oleh:

    Sari Riantika Damayanti[2]

    I. Pendahuluan


    Budaya adalah bisnis.[3] Hal ini dapat dipahami melalui 2 (dua) level yaitu: industri budaya yang memanufaktur, membeli, menjual dan mendistribusi simbol-simbol demi keuntungan dengan melakukan penambahan nilai pada proses produksi sehingga dapat menjadi komoditas yang memiliki nilai tukar (komodifikasi). Kedua, terdapat artifak budaya (komoditas) yang dimaknai sebagai sesuatu untuk mempabrikasi, mendukung, meneguhkan, menyetujui, membenarkan, atau memperluas organisasi fundamental dari masyarakat konsumer. Sehingga di sini pasar lah yang membentuk selera masyarakat bukan sebaliknya. Mereka mempengaruhi kedaulatan konsumen untuk sukses meraup laba.


    Lalu, seorang economic historian dan media theorist Harold Adam Innis yang juga merupakan mentor McLuhan berpendapat bahwa pembelajaran tentang sejarah manusia, budaya, artifak kebudayaan, dan pemrosesan suatu budaya didukung oleh pola organisasi ekonomi dan politik dalam suatu masyarakat.


    Hal ini juga menyebabkan adanya keterkaitan antara budaya/politik dalam satu sisi dengan tipe komunikasi pada lain sisi.


    Budaya mengacu pada kesenian, pengetahuan, keyakinan, adat istiadat, dan norma-norma sosial. Kajian dalam ekonomi politik media secara berlawanan fokus pada ekonomi, finansial, dan politik namun pada akhirnya akan mengkonstruksikan suatu budaya. Untuk itu dalam pembahasan ini akan menegaskan tentang penyatuan watak dari ekonomi politik dengan kajian budaya (cultural studies).


    II. Dua Aliran Ekonomi Politik


    Terdapat dua aliran ekonomi politik yaitu: Ekonomi Politik Klasik dan Ekonomi Neoklasik. Aliran ekonomi klasik mengkaji tentang relasi sosial, khususnya hubungan antar kekuasaan yang secara bersama-sama membentuk proses produksi, distribusi, dan konsumsi sumber daya, termasuk sumber daya komunikasi. karakter dari classical political economy ini adalah fokusnya yang spesifik dalam pembagian dari buruh terpelajar (scholarly labor) serta gagasannya tentang labor theory of value yang dikembangkan oleh Smith, David Ricardo, dan Karl Marx bahwa jika buruh (labor) merupakan sumber dari suatu nilai, kemudian pekerja (workers) adalah penerima nilai-nilai tersebut secara utuh yang menjadi garis utama dalam ekonomi politik. Sedangkan pada aliran ekonomi neo-klasik menggagas bahwa nilai tidak diturunkan oleh kaum buruh (labor) akan tetapi dari "tastes and preferences" konsumer.


    III. Ekonomi Politik Kontemporer


    The “New” Chicago Political Economy dari Chicago School atau juga disebut sebagai positive political economy. Aliran yang menggantikan neoklasikal ekonomi politik ini merupakan suatu pendekatan alternatif terhadap analisa ekonomi dan sosial dimana ini menginspirasi munculnya aplikasi-aplikasi baru sebagai perpanjangan metode neoklasikal. Aliran The “New” Chicago Political Economy tidak sepakat tentang pengukuran untuk memaksimalkan atau mengkalkulasi benefit. Sedangkan pada Critical Political Economy


    IV. Critical Media Studies


    Critical media studies dibagi kedalam dua bagian: kritikal ekonomi politik yang berorientasi pada ilmu sosial secara umum dan critical cultural studies yang menyelaraskan dengan kesenian, literatur, dan kemanusiaan.


    V. Adorno dan Innis


    Adorno dan Horkheimer yang merupakan pemikir dari sekolah Frankfurt meletakkan pondasinya terhadap analisa neo Marxian. Sebenarnya antara kedua pemikir ini tidak terlalu jauh bertentangan akan tetapi Adorno lebih menekankan tentang standarisasi artifak budaya yang diserap melalui industri media sedangkan Innis menjelaskan tentang mekanisasi media dalam pencarian keuntungan melalui standarisasi.




    [1] Bahan bacaan diambil dari buku Cultural Studies and Political Economy oleh Robert E Babe hlm. 13-60. Dikerjakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Media, Budaya dan Masyarakat. Dosen: AG. Eka Wenats Wuryanta.

    [2] Mahasiswa Kajian Media, Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina. NIM: 209000056.

    [3] Robert E Babe, 2009, Cultural Studies and Political Economy, hlm. 3


  2. 1 comments:

    1. Mas Niam mengatakan...

      pendekatannya budaya ya, bukan filsafat ilmunya. but, thanks for sharing.

    Posting Komentar