Rss Feed
  1. 1.19.2012

    Budaya, Komunikasi dan Hubungan Antar Budaya[1]


    Oleh: Sari Riantika Damayanti[2]


    Komunikasi multikultural atau antar budaya merupakan interaksi komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini). Menurut Stewart L. Tubbs, komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi).

    Adapun komunikasi antarbudaya itu dapat dilakukan dengan cara antara lain sebagai berikut:

    1. Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan;

    2. Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung daripersetujuan antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama;

    3. Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita;

    4. Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan pelbagai cara.

    Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi. Perbedaan budaya yang mengandung nilai-nilai, norma, ideologi dan tatanan hidup sesuai pedoman yang dipilih secara sadar (consciousness) terinternalisasi dalam diri masing-masing sejak kecil hingga dewasa. Internalisasi tersebut akan sangat berpengaruh dalam proses komunikasi interpersonal yang dibangun ke dalam hubungan antar budaya. Pengembangan hubungan akan selalu dibangun atas dasar perbedaan. Untuk itu, komunikasi merupakan cara penting dalam pengembangan hubungan antar budaya. Hal itu juga tidak bisa dipisahkan dari peran konteks -social, hisroris, dan politik- yang memengaruhi hubungan tersebut.

    Masing-masing budaya berbeda antara satu dengan yang lainnya, jal ini dapat terlihat dari beberapa komponen berikut meliputi: umur, kemampuan fisik, gender, etnisitas, kelas sosial, agama, ras ataupun kebangsaan. Hal yang paling penting untuk membangun dan memelihara hubungan terutama dalam hubungan antar budaya ini adalah dengan tetap memelihara keseimbangan antara perbedaan dan kesamaan karakter di antara keduanya.

    Keuntungan dan Tantangan dari Hubungan Antar Budaya

    Hubungan komunikasi antar budaya mampu memberikan keuntungan dalam aktualiasasinya misalnya terhadap peningkatan pengetahuan dan cara peandang seseorang tentang dunia melalui orang-orang baru dari budaya yang baru dijumpai, mendapatkan pembuktian untuk mematahkan berbagai stereotipe yang adaserta memperoleh keterampilan (skill) tentang bagaimana melakukan suatu hal baru.

    Selain itu, hubungan antar budaya juga tidak bisa dilepaskan dari berbagai tantangan misalnya perbedaan-perbedaan idiosinkratik tidak akan banyak menimbulkan efek ketika hubungan antar budaya tersebut dibangun pada tahapan awal. Namun, ketika akan memasuki tahapan yang lebih intim/mendalam, maka terciptalah proses negosiasi dan interaksi antara perbedaan-perbedaan denganpersamaan-persamaan yang ada.Selain itu, perbedaan- kultural sudah menjadi suatu hal yang pasti dan diberikan secara turun temurun, sehingga tantangannya adalah bagaimana cara menemukan dan membangun kesamaan-kesamaan dibalik berbagai perbedaan misalnya dengan membangun rasa ketertarikan atau kepentingan bersama, aktivitas, kepercayaan dan tujuan akhir yang sama.

    Stereotipenegative tentang suatu budaya juga seringkali terjadi sehingga sering salah mempersepsi, salah melakukan penerimaan pesan, dan kemudian terjadi proses pelabelan negatif terhadap budaya tertentu. Selain itu, adanya kecemasan-kecemasan pada tahap awal komunikasi dan membangun hubungan juga menjadi tantangan tersendiri.Perbedaan itu tidak hanya dalam hal etnisitas dan penampilan secara fisik, tetapi juga kelas dan status sosial nya dalam masyarakat. Ekspektasi-ekspektasi yang berlebihan terhadap kultur masyarakat budaya lain yang tidak berkesesuaian dengan ekspektasi awal pada akhirnya akan menimbulkan kekecewaan yang berujung pada munculnya konflik dan stereotipe.

    Di samping itu, bagaimana cara kita untuk menjelaskan tentang diri kita sendiri di hadapan orang yang berbeda latar budaya juga memberikan tantangan tersendiri. Alasan-alasan itulah yang kemudian akan membentuk pola komunikasi dan hubungan antar budaya seseorang.

    Kesenjangan Budaya dalam Persahabatan

    Perbedaan cara pandang budaya dalam hubungan pertemanan dapat disebabkan oleh adanya identitas dan nilai-nilai yang dianut masyarakat tertentu. Misalkan perbedaan antara budaya barat dan timur yang bersifat individualistic dan yang lainnya bersifat kolektif.Hubungan pertemanan dalam masyarakat kolektif lebih cenderung bertahan dalam jangka panjang, dan tidak individual serta mengikutsertakan berbagai kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi untuk mempertahankan hubungan pertemanan (China, Indonesia, India).

    Kesenjangan Budaya dalam Pengembangan Hubungan

    Terdapat 3 (tiga) fase dalam proses membangun hubungan antar budaya diantaranya: fase initial attraction (tahap pengenalan awal), exploration (tahap eksplorasi lanjutan), danstabilization (tahap menstabilkan hubungan). Setiap budaya memiliki variasi dan cara nya masing-masing yang berbeda dan unik dalam setiap fase membangun hubungan tersebut.

    Hubungan di Seluruh Perbedaan

    Hubungan antar budaya melintasi seluruh perbedaan ini dapat didentifikasi 4(empat) variael berikut antara lain: dialektika hubungan antar budaya, berkomunikasi dalam hubungan antar budaya, pacaran dan pernikahan antar budaya, serta juga dalam hubungan permanen.

    Dialektika Hubungan Antar Budaya.Leslie A. Baxter menyebutkan bahwa adanya dialektika dalam hubungan menjelaskan bahwa hubungan tersebut bersifat dinamis.Ia mengidentifikasi beberapa dasar tensi dialektika dalam hubungan: sesuatu yang baru-meramalkan masa depan, otonomi-keterhubungan, dan keterbukaan-ketertutupan (Baxtery & Montgomery, 1996).

    Berkomunikasi dalam Hubungan Antar Budaya. Komunikasi adalah cara untuk berdialektika dalam konteks hubungan antar budaya. Kita harus memulai untuk memikirkan bagaimana cara yang tepat untuk melangsungkan komunikasi ketika kita sedang berada dalam lawan bicara yang berbeda latar belakang budaya dengan kita. Yang paling utama adalah bahasa.Bahasa memengaruhi pemikiran dan perilaku. Bahasa memengaruhi proses kognitif kita. Oleh sebab, bahasa-bahasa di dunia memiliki banyak keanekaragaman yang unik dari yang lainnya baik dalam hal karakteristik semantik maupun strukturnya, maka dapat juga disimpulan bahwa orang yang menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia.

    Bahasa mencerminkan budaya.Makin besar perbedaan budaya, makin perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal.Makin besar perbedaan antara budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi dilakukan.Semakin besar perbedaan antarbudaya maka semakin besar pula ketidak-pastian dam ambiguitas dalam komunikasi.Semakin besar perbedaan antarbudaya maka makin besar pula kesadaran diri (mindfulness)seseorang dalam komunikasi.Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif.Positifnya, kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada.ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri.

    Dalam komunikasi antarbudaya - seperti dalam semua komunikasi - kita berusaha memaksimalkan hasil interaksi.Tiga konsekuensi yang dibahas oleh Sunnafrank (1989) mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi antarbudaya. Sebagai contoh, orang akan berintraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan memberikan hasil positif. Oleh karena komunikasi antarbudaya itu sulit, kita mungkin saja menghindarinya.Maka tidak heran jika kebanyakan orang lebih memilih berbicara dengan rekan sekelas yang banyak kemiripannya daripadadengan orang yang sangat berbeda.

    Pacaran dan Pernikahan Antar Budaya.Pacaran dan Pernikahan merupakan tingkatan intim dalam hubungan intrapersonal dimana seseorang dengan pasangannya telah melewati ketiga tahapan berikut: penyerahan, kompromi dan konsensus. Namun, apabila hubungan ini dibangun berdasarkan ketimpangan latar belakang budaya di antara keduanya maka hal tersebut akan menjadi hambatan tersendiri dalam hubungan mereka. Cara menyikapinya bergantung pada sejauh mana pengetahuan pasangan terhadap yang lainnya serta toleransi dan kepekaan untuk mencari titik temu terhadap sebuah kesepakatan bersama sangat diperlukan untuk menjaga kelanggengan hubungan ini

    Hubungan Permanen. Meskipun terdapat banyak penghindaran bahkan perlawanan terhadap hubungan antar udaya, peningkatan jumlah pasangan yang menikah lintas ras dan garis etnis menjadi perhatian yang menarik sekarang ini.Dari keluarga ini dihasilkan lebih banyak anak-anak yang menantang ras baru dan stereotipe jender.

    Konteks dalam Hubungan Antar Budaya

    Pentingnya mempertimbangkan hubungan antar budaya dalam konteks dimana ia berada. Hubungan antara budaya konteks tinggi dan rendah, rentan terjadinya konflik karena adanya perbedaan budaya yang ada, dapat menimbulkan salah interpretasi dan menimbulkan salahpaham. Sikap atau karakteristik berbeda masing-masing individu dari konteks budaya dalam menyelesaikan konflik kesalahpahaman disebut dengan gaya konflik.Salah satunya dapat dilakukan dengan memahami dan mengetahui sejarah demi memahami interaksi dan hubungan antar budaya ini.



    [1] Ulasan tentang Chapter 10:Culture, Communication and Intercultural Relationshipini dikerjakan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Komunikasi Multikultural dengan dosen pengampu: Nur Idaman. Kelas Kamis pagi 07.00-09.30 WIB.

    [2] Mahasiswa Kajian Media, Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina Jakarta.


  2. 0 comments:

    Posting Komentar