Rss Feed
  1. Hanya sebuah apologi
    untuk sebuah perkataan tak mengerti
    Hanya takut disebut penafsir dini apabila ini telah ku pahami
    Bukan...
    Bukan ironi yang ku temui...

    Aku terlampau lama mencari kosakata,
    dalam kotak imajiku yang payah
    Sesungguhnya...
    Aku tahu dimana kau meletakkan aksentuasi
    Meletakkan kata dasar yang kemudian kau imbuhi
    Lagi-lagi, aku tak ingin disebut penafsir dini...

    Teka teki aksara menunda
    memaku hasrat
    menyayat lidah
    dan merantai kata
    Sehingga aku sulit membahasa

    Di tengah itu...
    ku tersadar bahwa bait-bait ini telah menembus korteks
    mengukir tinta tebal di aliran darah dari gerak refleks
    Berdiam di nadi
    tanpa permisi pada Varolli
    Ah...terlalu banyak aku mengumbar basa basi....

    Kuteruskan sekali lagi...
    Andai tuntutan kegelisahan itu ku ibaratkan dengan nyala lampu
    Aku beri Hijau untuk itu...

  2. 0 comments:

    Posting Komentar