Hanya sebuah apologi
untuk sebuah perkataan tak mengerti
Hanya takut disebut penafsir dini apabila ini telah ku pahami
Bukan...
Bukan ironi yang ku temui...
Aku terlampau lama mencari kosakata,
dalam kotak imajiku yang payah
Sesungguhnya...
Aku tahu dimana kau meletakkan aksentuasi
Meletakkan kata dasar yang kemudian kau imbuhi
Lagi-lagi, aku tak ingin disebut penafsir dini...
Teka teki aksara menunda
memaku hasrat
menyayat lidah
dan merantai kata
Sehingga aku sulit membahasa
Di tengah itu...
ku tersadar bahwa bait-bait ini telah menembus korteks
mengukir tinta tebal di aliran darah dari gerak refleks
Berdiam di nadi
tanpa permisi pada Varolli
Ah...terlalu banyak aku mengumbar basa basi....
Kuteruskan sekali lagi...
Andai tuntutan kegelisahan itu ku ibaratkan dengan nyala lampu
Aku beri Hijau untuk itu...
Bukan...
Bukan ironi yang ku temui...
Aku terlampau lama mencari kosakata,
dalam kotak imajiku yang payah
Sesungguhnya...
Aku tahu dimana kau meletakkan aksentuasi
Meletakkan kata dasar yang kemudian kau imbuhi
Lagi-lagi, aku tak ingin disebut penafsir dini...
Teka teki aksara menunda
memaku hasrat
menyayat lidah
dan merantai kata
Sehingga aku sulit membahasa
Di tengah itu...
ku tersadar bahwa bait-bait ini telah menembus korteks
mengukir tinta tebal di aliran darah dari gerak refleks
Berdiam di nadi
tanpa permisi pada Varolli
Ah...terlalu banyak aku mengumbar basa basi....
Kuteruskan sekali lagi...
Andai tuntutan kegelisahan itu ku ibaratkan dengan nyala lampu
Aku beri Hijau untuk itu...
0 comments:
Posting Komentar