Tradisi membaca telah lama dimulai yaitu sejak adanya tradisi tulisan. Walaupun, pada zaman sebelum ditemukannya kertas dan mesin cetak, tradisi tulisan ini hanya mampu menggunakan medium sederhana seperti batu, daun papyrus, tanah liat dan lain sebagainya, tradisi membaca tidak begitu saja ditinggalkan, ia tetap mempertahankan eksistensinya bahkan berkembang begitu cepat.
Saat ini, teknologi media berpartisipasi aktif dalam meningkatkan minat baca masyarakat, maka tidak heran jika banyak teknologi yang mengkhususkan diri sebagai medium pembantu aktivitas membaca, misalnya diciptakan e-book (electronic book), sehingga sekarang ini orang tidak perlu repot membawa bentuk fisik buku kemana-mana karena buku digital ini bisa dijinjing dengan lebih praktis, ada juga audio book yaitu buku dalam bentuk gelombang suara.
Yang sangat menarik dari inovasi oleh media baru saat ini adalah munculnya jaringan sosial untuk komunitas pembaca buku dalam skala internasional yaitu Goodreads. Jaringan sosial yang mengkhususkan pada katalogisasi buku (Goodreads) ini telah berdiri sejak Desember 2006, namun baru dirilis pada 30 Januari 2007.
Serupa dengan situs jejaring sosial lainnya, Goodreads menyediakan konten friend, group, dan discussion. Bedanya terletak pada aktivitas penggunanya, Goodreads memungkinkan para anggota yang telah terdaftar untuk menampilkan daftar buku yang telah dibaca, sedang dibaca, atau yang akan dibaca. Dan para pengguna dapat saling bertukar informasi di sana, berbagi rekomendasi atau review mengenai buku bacaan tertentu untuk kemudian memberikan peringkat atau ranking pada buku bacaan tersebut.
Konsep yang digagas oleh Otis Chandler dan Elizabeth Khuri berhasil menarik para penggemar buku dunia, termasuk di Indonesia. Para pengguna jejaring sosial Goodreads aktif membagi informasi dalam kajian diskusi. Dari pertemuan di dunia maya ini, mereka mencoba menyatakan kegiatan dengan membentuk klub buku. Kegiatan rutin dari klub buku ini seperti bedah buku yang diadakan setiap 1 (satu) bulan sekali dengan topik yang berbeda-beda. Buku yang diulas pun beragam, bisa fiksi maupun nonfiksi. Tujuannya adalah untuk membagi informasi serta pengetahuaan kepada sesama khususya yang memiliki ketertarikan yang sama dalam hal membaca. Selain itu, kegiatan nonton bareng, karaoke bersama, jalan-jalan dan wisata kuliner juga menjadi salah satu agenda untuk mengakrabkan diri satu sama lain.
Melalui Goodreads, jenis buku tertentu secara detail bisa disosialisasikan secara cepat dan mudah untuk menarik minat para pembaca membeli buku tertentu. Nilai tambah yang bisa diperoleh adalah bahwa pembaca, penulis dan penerbit tidak hanya mengetahui isi dalam sebuah buku namun juga bisa mengetahui bagaimana buku yang dikatakan baik dan sesuai pangsa pasar saat ini sehingga bisa menambah khasanah penyebaran buku-buku berkualitas.
Di Indonesia sendiri anggota Goodreads tersebar di seluruh jajaran pulau, beranggotakan lebih dari 4000 orang lintas latar belakang pendidikan, pekerjaan, dan usia. Yang masih belum dioptimalkan adalah bagaimana mengorganisir kesemua anggota dengan batasan geografis dan demografis ini, jangan sampai kegiatan ini seolah hanya terpusat hanya satu wilayah saja, misalnya Jakarta. Akan tetapi, bisa lebih meluas misalnya dalam penyelenggaraan diskusi dan pertemuan.
Menurut saya, hadirnya Goodreads ini merupakan hal yang positif. Muatan yang dijanjikan sangat berkualitas dan menunjukkan bahwa sebenarnya ada jaringan sosial yang kegiatannya tidak terpaku dengan aktivitas mencari teman, atau hanya mengobrol saja namun konten yang diskusikan di Goodreads ini adalah obrolan yang berkualitas dan mencerdaskan. Harapannya adalah agar melalui Goodreads ini, kita dapat menjaga dan melestarikan budaya membaca agar tidak ditinggalkan oleh generasi saat ini bahkan terus ditingkatkan dan juga agar melalui jaringan sosial jenis ini dapat menggelitik penulis maupun penerbit untuk menerbitkan buku yang lebih berkualitas.
Sumber :
• Narasumber : Harun Harahab (member Goodreads dan Klub Buku di Indonesia)
• http://id-id.facebook.com/pages/Goodreads/
Saat ini, teknologi media berpartisipasi aktif dalam meningkatkan minat baca masyarakat, maka tidak heran jika banyak teknologi yang mengkhususkan diri sebagai medium pembantu aktivitas membaca, misalnya diciptakan e-book (electronic book), sehingga sekarang ini orang tidak perlu repot membawa bentuk fisik buku kemana-mana karena buku digital ini bisa dijinjing dengan lebih praktis, ada juga audio book yaitu buku dalam bentuk gelombang suara.
Yang sangat menarik dari inovasi oleh media baru saat ini adalah munculnya jaringan sosial untuk komunitas pembaca buku dalam skala internasional yaitu Goodreads. Jaringan sosial yang mengkhususkan pada katalogisasi buku (Goodreads) ini telah berdiri sejak Desember 2006, namun baru dirilis pada 30 Januari 2007.
Serupa dengan situs jejaring sosial lainnya, Goodreads menyediakan konten friend, group, dan discussion. Bedanya terletak pada aktivitas penggunanya, Goodreads memungkinkan para anggota yang telah terdaftar untuk menampilkan daftar buku yang telah dibaca, sedang dibaca, atau yang akan dibaca. Dan para pengguna dapat saling bertukar informasi di sana, berbagi rekomendasi atau review mengenai buku bacaan tertentu untuk kemudian memberikan peringkat atau ranking pada buku bacaan tersebut.
Konsep yang digagas oleh Otis Chandler dan Elizabeth Khuri berhasil menarik para penggemar buku dunia, termasuk di Indonesia. Para pengguna jejaring sosial Goodreads aktif membagi informasi dalam kajian diskusi. Dari pertemuan di dunia maya ini, mereka mencoba menyatakan kegiatan dengan membentuk klub buku. Kegiatan rutin dari klub buku ini seperti bedah buku yang diadakan setiap 1 (satu) bulan sekali dengan topik yang berbeda-beda. Buku yang diulas pun beragam, bisa fiksi maupun nonfiksi. Tujuannya adalah untuk membagi informasi serta pengetahuaan kepada sesama khususya yang memiliki ketertarikan yang sama dalam hal membaca. Selain itu, kegiatan nonton bareng, karaoke bersama, jalan-jalan dan wisata kuliner juga menjadi salah satu agenda untuk mengakrabkan diri satu sama lain.
Melalui Goodreads, jenis buku tertentu secara detail bisa disosialisasikan secara cepat dan mudah untuk menarik minat para pembaca membeli buku tertentu. Nilai tambah yang bisa diperoleh adalah bahwa pembaca, penulis dan penerbit tidak hanya mengetahui isi dalam sebuah buku namun juga bisa mengetahui bagaimana buku yang dikatakan baik dan sesuai pangsa pasar saat ini sehingga bisa menambah khasanah penyebaran buku-buku berkualitas.
Di Indonesia sendiri anggota Goodreads tersebar di seluruh jajaran pulau, beranggotakan lebih dari 4000 orang lintas latar belakang pendidikan, pekerjaan, dan usia. Yang masih belum dioptimalkan adalah bagaimana mengorganisir kesemua anggota dengan batasan geografis dan demografis ini, jangan sampai kegiatan ini seolah hanya terpusat hanya satu wilayah saja, misalnya Jakarta. Akan tetapi, bisa lebih meluas misalnya dalam penyelenggaraan diskusi dan pertemuan.
Menurut saya, hadirnya Goodreads ini merupakan hal yang positif. Muatan yang dijanjikan sangat berkualitas dan menunjukkan bahwa sebenarnya ada jaringan sosial yang kegiatannya tidak terpaku dengan aktivitas mencari teman, atau hanya mengobrol saja namun konten yang diskusikan di Goodreads ini adalah obrolan yang berkualitas dan mencerdaskan. Harapannya adalah agar melalui Goodreads ini, kita dapat menjaga dan melestarikan budaya membaca agar tidak ditinggalkan oleh generasi saat ini bahkan terus ditingkatkan dan juga agar melalui jaringan sosial jenis ini dapat menggelitik penulis maupun penerbit untuk menerbitkan buku yang lebih berkualitas.
Sumber :
• Narasumber : Harun Harahab (member Goodreads dan Klub Buku di Indonesia)
• http://id-id.facebook.com/pages/Goodreads/
0 comments:
Posting Komentar